Na'at

Hello Guys..
Kembali lagi dengan kita nih.. Kali ini kami akan berbagi pembahasan Nahwu tentang Na'at atau yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut Kata Sifat...
Chek It Out!!

A.    Definisi Na’at
النَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوْتِ فِيْ رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ وَتَعْرِيْفِهِ وَتَنْكِيْرِهِ
            Na’at (sifat) ialah lafadz yang mengikuti kepada makna lafadz yang diikutinya, baik dalam hal rafa’, nasab, khafad (jar), ma’rifat maupun nakirohnya. Contohnya adalah قاَمَ زَيْدٌ العَاقِلُ  (zaid yang berakal telah berdiri). رَأَيْتُ زَيْدًا العَاقِلَ (aku telah melihat zaid yang berakal). مَرَرْتُ بزَيْدٍ العَاقِلِ  (aku telah bertemu dengan zaid yang berakal).[1] Dalam referensi lain, na’at ialah kata yang menerangkan kata sebelumnya dengan menerangkan sebagian sifat dari sifat-sifatnya kata yang diikuti atau man’ut.[2]
التَّابِعُ الَّذِيْ يُتًمِّمَ مَتْبُوْعَةُ بِبَيَانِ صِفَةٍ مِنْ صِفَاتِهِ اَوْ صِفَةِ مَايَتَعَلَّقُ بِهِ
            Na’at menurut istilah ahli Nahwu ialah: tabi’ yang menyempurnakan makna lafadz yang diikutinya dengan menjelaskan salah satu diantara sifat-sifatnya, atau sifat yang bertaaluq (berkaitan) kepadanya. Dalam contoh lain dalam firman Allah SWبسم الله الرحمن الرحيم = Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Al-Fatihah: 1). Contoh na’at yang menjelaskan sifat lafadz yang bertaalluq kepada matbu’nya, seperti جَاءَ عَبْدُاللهِ الكَرِيْمِ  = telah datang Abdullah (hamba Allah) yang Maha Mulia.[3]
B. Macam-Macam Na’at[4]
1.      Na’at Haqiqi
Yaitu na’at yang merafa’kan pada isim dhomir yang mustatir. Na’at Haqiqi mengikuti man’utnya pada empat perkara dari sepuluh perkara, yaitu:
a.       Mengikuti dalam i’rob, salah satu dari rafa’ nasob, dan jar
b.      Mengikuti salah satu dari mudzakar dan muannas
c.       Mengikuti salah satu dari tasniyah, mufrod dan jamak
d.      Mengikuti salah satu dari nakiroh dan ma’rifat

Contoh :
a.       جاَءَ زَيْدٌ العَاقِلُ
b.      رَأَيْتُ زَيْدًا العَاقِلَ
c.       مَرَرْتُ بِزَيْدٍ العَاقِلِ
d.      جَاءَ الزَيْدَانِ العَاقِلَانِ
e.       رَأَيْتُ الزَيْدِيْنَ العَاقِلِيْنَ

Namun terkadang mengikuti pada tiga dari delapan perkara, yaitu pada lafadz yang bentuk mudzakar dan muannatsnya sama.

Contoh : هَذَا رَجُلٌ صَبُوْرٌ  : ini laki-laki yang sabar
   هَذِهِ اِمْرَأَةٌ صَبُوْرٌ:  ini wanita yang sabar

Juga terkadang mengikuti pada dua dari lima perkara, yaitu pada lafadz yang bentuknya selalu mufrod dan muannas, atau selalu dibentuk mufrod mudzakar.

Contoh :
هَذَا رَجُلٌ عَصَبَةٌ       : ini laki-laki yang menjadi waris Ashobah
هَذِهِ اِمْرَأَةٌ عَصَبَةٌ       : ini perempuan yang menjadi pewaris
رَأَيْتُ رَجُلًا عَدْلاً      : saya melihat laki-laki yang adil
مَرَرْتُ بِاِمْرَأةِ عَدْلٍ    : saya melihat perempuan yang adil
2.  Na’at Sababy
        Yaitu na’at yang merafa’kan isim dhohir. Na’at sababy mengikuti man’utnya pada dua dari lima perkara, yaitu:
a.       Mengikuti salah satu dari rafa, nasob, dan jar
b.   Mengikuti salah satu dari nakiroh dan ma’rifat
Hal itu dikarenakan disamakan dengan hukumnya fi’il (diantara keduanya sama dalam makna dan amal). Contoh: جاَءَ زَيْدٌ القَائِمُ أَبُوْهُ  )telah datang zaid yang berdiri ayahnya(.
C. Perbedaan Na’at dengan Sifat
Na’at, Washf dan Shifat pengertiannya adalah sama, sedang menurut sebagian ulama mengatakan berbeda, na’at digunakan khusus untuk perkara yang bisa berubah. Shifat dan Washf digunakan untuk perkara yang bisa berubah dan tidak, maka dari itu sifat-sifat Allah tidak dikatakan na’at.[5]
D. Syarat-syarat dan Ketentuan Na’at[6]
            1.    Na’at harus mengikuti man’ut ketika rafa’, nasob dan khofadh
·         Contoh Mar’fu:
رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ        : Telah kembali seorang mahasiswa yang pandai
 رَجَعَ                      : Fi’il Madhi
طَالِبٌ                                  : Fa’il marfu’dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia                      adalah isim mufrad.
مَاهِرٌ                       :  Na’at dari "طَالِبٌ" marfu’ dengan tanda rafa’nya dhommah                                    dzahirah. Ia adalah isim marfu’ dan mufrad karena                                                man’utnya marfu’ dan mufrad.
·     Contoh Nasob:
رَأَيْتُ مُحَمَّدًا الْماَهِرَ      : Aku melihat Muhammad yang mahir itu
رَأَيْتُ                       : Fi’il Madhi dan Fa’il
مُحَمَّدًا                                  : Maf’ul mansub dengan tanda mansubnya fathah. Ia adalah       isim mufrad
الْمَاهِرَ                     : Na’at dari " مُحَمَّدًا " mansub dengan tanda fathahnya. Ia                         adalah isim mansub dan karena man’utnya mansub mufrad
·         Contoh Khofad (jar)
مَرَرْتُ بِمُحَمَّدٍ الْمَاهِرِ    : Aku melewati Muhammad yang mahir itu
مَرَرْتُ                     : Fi’il Madhi dan Fa’il
بِمُحَمَّدٍ                      : Maf’ul mansub,tetapi majrur disebabkan harf jar di depannya
الْمَاهِرِ                     : Na’at dari " بِمُحَمَّدٍ " majrur dengan tanda jarnya kasrah. Ia adalah isim mufrad. Ia isim majrur  karena man’utnya isim majrur.
2.     Na’at harus mengikuti man’ut dari segi ta’yin (kejelasan), yaitu dari segi ma’rifah dan nakirahnya.
·         Contoh Nakiroh:
 رَجَعَ طَالِبٌ مَاهرٌ          : Telah kembali seorang mahasiswa yang pandai
رَجَعَ                         : Fi’il Madhi
طَالِبٌ                         : Fa’il marfu’ dan ma’rifah dengan tanda rafa’nya dhommah                             dzahirah
مَاهِرٌ                         : Na’at dari "طَالِبٌ" marfu’ dan nakirah dengan tanda rafa’nya                                    dhommah dzahirah
·         Contoh Ma’rifat:
رَجَعَ الطَّالِبُ الْمَاهِرُ     : Telah kembali seorang mahasiswa yang pandai itu
رَجَعَ                       : Fi’il Madhi
طَالِبُ                      : Fa’il marfu’ dan ma’rifah dengan tanda rafa’nya dhommah                                  dzahirah
المَاهِرُ                     : Na’at dari "الطَّالِبُ" marfu’ dan ma’rifah dengan tanda                                            rafa’nya dhommah dzhahirah.
3.     Na’at harus mengikuti man’ut  dari segi ‘adad  (jumlah)nya, mufrad,mutsanna dan jamak.
·         Contoh Mufrad:
رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ        : Telah kembali seorang mahasiswa yang pandai
رَجَعَ                        : Fi’il Madhi
طَالِبٌ                     : Fa’il marfu’dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia adalah isim mufrod.
مَاهِرٌ                       : Na’at dari "طَالِبٌ" marfu’ dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia adalah isim marfu’ dan mufrad kerana man’utnya marfu’ dan mufrad.
·         Contoh Tasniyah:
رَجَعَ طَالِبَانِ مَاهِرَانِ    : Telah kembali dua orang mahasiswa yang pandai
رَجَعَ                       : Fi’il Madhi
طَالِبَانِ                                 : Fa’il marfu’dengan tanda rafa’nya alif. Ia adalah isim    mutsanna
مَاهِرَانِ                    : Na’at dari "طَالِبَانِ" marfu’ dengan tanda rafa’nya alif. Ia adalah isim marfu’ dan mutsanna kerana man’utnya marfu’ dan mutsanna.
·         Contoh Jamak:
رَجَعَ طُلاَّبٌ مَاهِرُوْنَ    : Telah kembali para mahasiswa yang pandai
رَجَعَ                       : Fi’il Madhi
طُلاَّبٌ                                  : Fa’il marfu’ dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia adalah Jama’ Taksir
مَاهِرُوْنَ                   : Na’at dari "طُلاَّبٌ" marfu’ dengan tanda rafa’nya wawu. Ia adalah isim Jama’ Mudzakkar Salim. Ia isim marfu’ dan jama’ karena man’utnya isim marfu’ dan jama’.
4.      Na’at harus mengikuti man’ut dari segi nau’ (jenis)nya, muzakkar dan muannast.
·         Contoh Mudzakar:
رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ        : Telah kembali seorang mahasiswa yang pandai
رَجَعَ                       : Fi’il Madhi
طَالِبٌ                                  : Fa’il marfu’ dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia adalah isim mudzakkar
مَاهِرٌ                       : Na’at dari "طَالِبٌ" marfu’  dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia adalah isim marfu’ dan mudzakkar kerana man’utnya marfu’ dan mudzakkar.
·         Contoh Muannas:
رَجَعَ طَالِبَةٌ مَاهِرَةٌ       : Telah kembali seorang mahasiswi yang pandai
رَجَعَ                        : Fi’il Madhi
طَالِبَةٌ                        : Fa’il marfu’ dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia adalah isim muannats.
مَهِرَةٌ                       : Na’at dari "طَالِبَةٌ" marfu’ dengan tanda rafa’nya dhommah dzahirah. Ia adalah isim marfu’ dan muannats kerana man’utnya marfu’ dan muannats.
5.      Na’at atau sifat bisa dari isim musytaq (dapat diqiyas) atau yang syibih musytaq   (menyerupai isim yang diqiyas) yaitu isim yang ditemui ya’ nashab, bilangan,ذي , dan isim isyaroh.
`Contoh:
جَاءَ زَيْدٌ عَاقِلٌ                                           =   Isim musytaq
جَاءَ زَيْدٌ عَرَبِىٌّ   ,  مَرَرْتُ بِزَيْدٍ ذِى مَالٍ           =   Syibih musytaq
جَاءَ زَيْدٌ هَذَا                                             =   Isim Isyaroh
عَرَبِيّ: adalah menjadi sifat yang terbuat dari isim yang ditemui ya’ nashab (isim yang ditemui ya’ nashab, bilangan, dan ذو  termasuk yang menyerupai musytaq) dan bisa dijadikan sifat atau na’at.
6.   Na’at atau sifat bisa dari masdar, syaratnya harus mufrod mudzakkar walaupun man’utnya berupa muannats/tatsniah/jamak.
Contoh:
مَرَرْتُ بِالِنّسَاءِ عَدْلٍ
عَدْلٍ : adalah menjadi sifat, karena sifat terbuat dari masdar maka harus mufrod mudzakkar, walaupun man’utnya selain mufrod mudzakkar.
7.    Apabila man’ut berupa isim jamak yang tak berakal (jamak ghoiru ‘aqil) maka na’atnya boleh  berbentuk mufrod muannats/jamak mu’annats.
Contoh:
   إٍنْفَجَرَتِ الْجِبَالُ الْعَالِيَةُ           = Gunung-gunung yang tinggi itu meletus
إِنْفَجَرَتِ الجِبَالُ العَالِيَاتُ        = Gunung- gunung yang tinggi itu meletus
8.      Ketika ada na’at tidak mufrod (na’atnya tidak hanya satu) dan beda-beda ma’nanya maka na’at harus dipisah dengan menggunakan huruf ‘athaf.
Contoh :  جَاءَ عَلِيٌّ الْغَنِيُّ وَالْبَخِيْلُ  ,
9.      Setiap jumlah /kalimat yang terletak  setelah isim nakiroh maka dia dianggap  sebagai naat (sifat)
Contoh:   هَذَا عَمَلٌ يُفِيْدُ           =  Ini adalah amalan yang berfaidah


[1] K.H. Moch. Anwar, Terjemahan Jurumiyyah dan Imrithy, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2017, hlm. 101.
[2] H. Taufiqul Hakim, Rumus Qaidah, Jepara: Al-Falah Uffset, 2003, hlm. 19.
[3] K.H. Moch. Anwar, Terjemahan Jurumiyyah dan Imrithy, hlm. 101-102.
[4] M. Sholihuddin Shofwan, Mabadi An-Nahwiyah, Jombang: Darul-Hikmah, 2007, hlm. 118-119.
[5]M. Sholihuddin Shofwan, Mabadi An-Nahwiyah, Jombang: Darul-Hikmah, 2007, hlm. 16
[6] http://www.bacaan-santai.ga/2017/02/naat-dan-manut.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haal

Kalimah, Syibhul Jumlah dan Huruf